Api Unggun
Api unggun itu telah menyala, udara dingin yang sedari tadi menerpa tubuhku sedikit mulai menjadi hangat karena api unggun. Alam yang semula gelap kini mulai terang dengan nyalanya api unggun. Aku menikmati ini semua, beberapa anak yang melakukan pentas seni dan semuanya menonton sambil menikmati makanan yang ada. Sepertinya alam sedang senang untuk hari ini, aku melihat keatas dan terlihat langit malam yang nampak cerah dengan banyaknya bintang yang berkelip dan ada pula bulan yang nampak cerah yang membuatku tersenyum melihatnya. Indah hanya satu kata itu yang bisa ku ungkapkan.
Aku memandang api unggun itu sebentar dengan senyum tipis ku, api unggun yang 2 Tahun ini sudah menemani ku. Banyak kenangan yang terabadikan di sana. Aku memejamkan mata ku mengingat semua kenangan manis itu yang membuatku enggan untuk berpisah.
Kami pernah memutari api unggun sambil bergandengan tangan untuk melakukan renungan, kami juga pernah makan bersama dengan di temani api unggun. Makan bersama dengan alas daun pisang dan semua masakan kami semua yang memasaknya. Indah, semua momen itu indah!.
Dari api unggun ini aku bisa menemukan mu, sosok pemuda yang membuat ku terpanah saat itu. Berseragam Coklat lengkap dengan baret yang membuatnya terlihat keren di mata ku, senyum yang merekah indah dan mata yang menyipit seperti bulan sabit.
Momen momen itu terus terputar di ingatan ku. Aku akan berpisah dengan mereka, dengan sosok keluarga kedua ku.aku juga mengingat memori di mana sosok itu menari bersama ku. Pertemuan pertama itu yang membuatku mengenalnya bahkan aku mulai menyukai organisasi ku, penyemangat? Mungkin bisa di bilang seperti itu bahkan entah sadar atau tidak aku selalu menanti kehadirannya.
Aku mulai membuka mata ku kembali setelah mengingat beberapa memoriku saat itu. Aku terkejut saat ada yang menepuk pundak ku dan mendapati sosok itu duduk di samping ku dengan manis nya.
" Kenapa melamun? Sedih karena ini api unggun terakhir bersama kami? " Ucap sosok itu yang membuat ku mengangguk.
" Jangan sedih, aku di sini. Aku janji tahun depan kita bisa melihat api unggun kembali dengan anggota yang berbeda " tutur nya yang membuat ku tersenyum.
" Aku juga mengingat saat dirimu duduk di sini sambil memandangiku tahun lalu " ucapnya yang membuatku tersipu. Astaga memalukan sekali. Aku memukul pundak sosok itu lalu terbitlah senyum tipis nya, senyum tipis seperti bulan sabit yang membuatku candu.
" Manis Al " gumam ku yang masih di dengarnya dan dia hanya membalas nya dengan senyuman.
Untuk melihat yang lainnya klik disini
Komentar
Posting Komentar